SETITIK HARAPAN DALAM KALBU
OLEH : RN Mustika S
Tenis meja menjadi salah satu hobiku sejak aku duduk di bangku TK.Aku
mengenal olahraga ini saat kakakku,kak Kia namanya bermain tennis meja dan aku
tertarik untuk mempelajarinya.Akhirnya,papa memasukkanku di salah satu klub tenis
meja.5 tahun lamanya aku berlatih,dan sekarang aku berumur 9 tahun.Sebelumnya
aku telah mengikuti beberapa pertandingan.Prestasi tertinggiku saat itu juara 1
tunggal putri tingkat Kabupaten.Suatu hari aku mendapat berita bahwa ada
pertandingan tingkat Provinsi di Kediri dan papa mendaftarkanku.Sejak saat itu
aku dilatih oleh papa.Setiap hari aku berlatih untuk mempersiapkan pertandingan
itu.Bagaimana hasil dari latihanku selama ini? Apakah aku mendapatkan apa yang
aku harapkan?
“Kakak
mau kemana?” tanyaku saat melihat kak Kia mau pergi membawa tas dan memakai
sepatu olahraga.
“Mau latihan tennis meja” jawab kak Ki
“Aku boleh ikut? Boleh lah kak aku
pengen liat” Aku memohon agar diperbolehkan ikut.
“Okelah,tapi adek gak boleh nakal ya!”
“Siap kakak” ujarku sambil hormat
seperti hormat kepada bendera
Sesampainya
dirumah…
“Ma..mama..” Aku berteriak memanggil
mama sepulang dari rumah kak Kia dan melihat kak Kia berlatih tenis meja.
“Ada apa to sayang,kok terika-teriak?” Jawab
mama sabar
“Adek pengen kak Kia ma,tadi adek
liat kakak maen tenis meja” Aku merengek-rengek minta diajari tenis meja.
“Iya sayang,nanti mama bilang sama
papa dulu ya” Ujar mama berusaha menuruti permintaanku.
Keesokkan
harinya papa mengajakku ke tempat latihan tenis meja.Setelah bertemu dan mengobrol
dengan pelatihnya,aku pun akhirnya masuk dan mulai latihan keesokkan harinya.Papa
pun membelikanku bed untuk latihan esok.Bersyukur,karena orang tua dan
orang-orang disekitarku mendukung apa yang aku gemari sekarang.Papa mengantarkanku
setiap ada jadwal latihan tenis meja. Latihanku di jadwal setiap rabu,kamis dan
sabtu.
“Ayo papa berangkat…” ajakku dengan
penuh semangat
“Bentar adek,papa mau salat dulu”
jawab papa
“Yaudah, cepetan ya pa” ujarku
Aku pun menunggu
papa selesai salat.Setelah itu kami berangkat menuju tempat latihan.Papa
menunggu hingga aku selesai latihan tenis meja.Semakin hari aku semakin suka
dengan olahraga ini.Semakin hari juga semangatku bertambah untuk mempelajarinya
lebih giat,walaupun tinggi badanku tidak seimbang dengan meja tenisnya.Dengan
seiring berjalannya waktu,bisa dibilang aku sudah mahir dalam bermain tenis
meja.Beberapa kali aku diikutkan pertandingan tenis meja tingat Kabupaten oleh
papa.Hasil yang ku dapatkan pun beragam.Pertama kali aku mengikuti
pertandingan,aku menjadi juara 4 horee.. Tapi sayang pesertanya memang cuma
4,yah sama saja tidak mendapatkan juara.Tapi perjuanganku tidak cuma sampai
disitu.Aku pun berlatih lebih giat lagi supaya dapat menjadi juara 1
Kabupaten,itu impianku.Perjuanganku selama ini tak sia-sia aku mendapatkan
juara 1 Kabupaten dalam rangka OOSN dan aku dikirim ke Provinsi yaitu Surabaya
untuk mewakili Kabupaten Ngawi dalam bidang olahraga tenis meja.Bangga,itu
pasti.Aku semakin yakin bahwa aku bisa lebih dari ini,dan aku akan lebih
mengasah kemampuanku di bidang tenis meja.Suatu hari aku diberi tahu papa,kalau
ada kejuaraan tenis meja Se-Jawa Timur di Kediri. Ada 2 kejuaraan,diantaranya
usia 9 tahun kebawah dan dewasa.Berhubung umurku sekarang 9 tahun,aku masuk di
kejuaraan tenis meja usia 9 tahun kebawah Se-Jawa Timur.
“Adek..” Papa memanggilku
“Ada apa pah?” Tanyaku penasaran
“Papa dapat kabar kalau ada lomba di
Kediri” Jawab
papa dan kembali bertanya
“Mau ikut apa tidak?
“Emm..” Aku berfikir sejenak
“Ikut aja pah,menambah pengalaman”
Ujarku dengan raut wajah yang sedikit tidak yakin akan mengikuti pertandingan
tersebut.
“Deal,kalau iya papa bilang sama Pak
Surono supaya di daftarkan” Jawab papa
“Oke pah” Jawabku meyakinkan
Setiap hari aku
berlatih mempersiapkan pertandingan itu dan pelatihku sendiri adalah papa.Papa
dengan sabar melatihku hingga aku benar-benar mampu dalam mengatur strategi
dalam bermain.Terkadang aku merasa tidak yakin terhadap kemampuanku
sendiri.Tapi papalah yang selalu menyemangatiku dan selalu memberi motivasi
supaya aku dapat terinspirasi.Aku benar-benar bangga kepada papa,meskipun aku
nakal dan bandel namun papa tetap mendampingiku dalam berlatih tenis meja.Aku
sayang papa.
Pagi,sekitar
pukul 05.00 aku beserta rombongan dari Ngawi berangkat menuju Kediri,kota yang
terkenal dengan rasa tahu yang khas dengan menggunakan mobil.Sebelum berangkat
aku berpamitan dengan mama dan kak Vian,saudara kandungku.
“Semoga sukses ya sayang,jangan lupa
berdoa” Pesan mama sambil mencium kedua pipiku yang tembem ini.
“Oke mah” Jawabku sambil mencium
tangan mama
“Kak doakan adek ya..” Ujarku
meminta doa ke kak Vian
“Pasti wol,sportif kalau bermain dan
jangan lupa berdoa” Pesan kak Vian.Kakakku sering memanggilku dengan julukan
wole.Entah julukan itu dari mana asalnya.
“Oke kakak,siap” Jawabku sambil
mencium tangan kakak
“Nanti kalau dapat juara kakak
traktir deh” Ujar kakak
“Janji lo ya” Jawabku sambil
mengacungkan kelingkingnya
“Iya janji wole” Kata kakak sambil
mengapit jariku dengan jari kelingkingnya.
Sepanjang
perjalanan aku hanya terdiam,sesekali aku mengajak bicara kak Uli,pemain tenis
meja juga dari Ngawi.3 jam berlalu,akhirnya kami pun sampai di GOR Sanjaya.Tak
lupa kami makan pagi terlebih dahulu sebelum masuk GOR.
Degub jantung semakin
kencang saat kakiku melangkah memasukki GOR Sanjaya.Langkahku terasa semakin
berat saat melihat pemain dari daerah lain melakukan pemanasan dan itu sangat
jauh dari kemampuan yang ku punya.Namun lagi-lagi seseorang menyemangatiku dan
memberiku motivasi untuk tetap optimis sosok papa,ya itulah seseorang itu.Aku
berharap dapat membawa pulang minimal juara 3.
“Ratna Nur Mustika Sanusi bermain di
meja 15” Terdengar suara yang menandakan aku akan bermain di meja 15.Di babak
ini aku harus menyingkirkan 2 pemain untuk masuk ke babak selanjutnya.
“Berdoa dulu,semangat,optimis kamu
pasti bisa dek” Ujar papa menyemangatiku.
“Iya papah” Kataku sambil meminum
air putih yang sudah papa siapkan untukku
Alhamdulillah
aku lolos dan masuk ke babak selanjutnya.Di babak selanjutnya pun aku lolos
sampai akhirnya aku masuk 8 besar.Sedikit minder,karena semakin aku lolos,maka
semakin sulit lawan yang akan ku hadapi.Beruntung aku mempunyai papa yang
selalu mengerti yang sedang aku rasakan.
“Menang atau kalah itu sudah
biasa,yang terpenting bermainlah semaksimal mungkin,papa sudah bangga” Ujar
papa menenangkanku,karena dari tadi aku tampak tidak tenang
“Iya pah” Jawabku ragu
Hari ini memang
hari keberuntunganku.Lagi-lagi aku lolos dan itu diluar dugaan.Aku masuk 4
besar.”Woww..terima kasih ya Allah” Batinku setelah mengetahui hasilnya.
Di 4 besar ini
aku bermain untuk merebutkan tiket menuju 2 besar.Namun keberuntungan tak lagi
memihak kepadaku.Aku harus puas berada di urutan ketiga dari berpuluh-puluh
pemain Se-Jawa Timur.Juara 3 dan 4 tidak dipertandingkan.Otomatis aku
menyandang predikat Juara 3 bersama Tunggal Putri Usia Dini Se-Jawa
Timur.Penyerahan hadiah dilaksanakan setelah pertandingan perebutan juara 1
usai.Aku beserta rombongan langsung bergegas pulang setelah penyerahan hadiah usai.Di
perjalanan,piala aku pegang erat dan kupeluk hingga sampai rumah.
Sesampainya
dirumah…
“Assalamualaikum..” Ujarku
mengucapkan salam
“Waalaikumsalam, selamat ya sayang”
Kata mama sambil memelukku.Tak kalah hebohnya kak Vian yang juga mengucapkan selamat
kepadaku.
Akhirnya
harapanku untuk menjadi pemain tenis meja dan mendapatkan juara pun
tercapai.Namun aku akan terus berlatih,hingga aku dapat meraih juara lebih dari
apa yang sudah aku capai.
0 komentar:
Posting Komentar